“Wahai Manusia! Aku
telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang terbaik
diantaramu, maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantukah
(ikutilah) aku, tetapi jika aku salah, maka luruskanlah. Hendaklah kamu ta’at
kepadaku selama aku ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada
mematuhi (Allah dan Rasul-Nya), bagimu tidak wajib mentaatiku”.(Pidato
pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai Khalifah)
Sungguh
suatu kebahagian tersendiri ketika Islam memiliki seorang khalifah yang sangat
santun dan bijaksana, pidatonya ketika terpilih sebagai khulafa rasyidin
pertama sangat menggetarkan hati. Dia mampu merendahkan hati sekaligus
meninggikan diri di saat yang bersamaan. “Aku
bukanlah orang terbaik diantaramu”, adalah sebuah pengakuan betapa Abu
Bakar masih merasa kurang dibandingkan dengan yang lain, masih merasa dirinya tidak
tahu apa-apa dibandingkan orang lain. sama seperti Aristoteles dalam perkataannya
yang terkenal “Orang yang paling bijaksana adalah orang yang tahu bahwa dia
tidak tahu”, jelas Abu bakar adalah perwujudan fisik dari perkataan Sokrates.
Selanjutnya dia mengatakan apabila dia melakukan kesalahan dia meminta orang
lain untuk membantunya dalam memperbaiki kesalahannya. Sesuatu yang sangat
jarang yang dimiliki oleh para petinggi di negeri ini adalah rasa mengakui
kesalahannya, bahkan banyak pejabat yang sudah jelas memang melakukan pekerjaan
kotor dan korupsi tetap saja secara mati-matian mengatakan kalau dirinya tidak bersalah.
Dalam
kalimat terakhir dalam pidatonya, Abu Bakar menegaskan eksistensinya yang
hanyalah seorang muslim yang menyembah Allah dan jabatan yang dia pegang juga
merupakan karunia Allah, oleh karena itu dia memasrahkan diri jika segala
kebijakan politiknya akan dinilai melalui perspektif ta’at kepada Allah. Umat
boleh mematuhi segala perintah Abu Bakar sebagai pemimpin apabila Abu Bakar
tetap ta’at kepada Allah, seandainya Abu Bakar sudah tidak ta’at lagi kepada
Allah maka umat tidak boleh lagi mematuhi perintah Abu Bakar.
Abu
Bakar memimpin umat Islam selama 2 tahun, seorang pemimpin yang harusnya
menjadi tauladan bagi seluruh pemimpin di dunia. Memiliki kerendahan hati dan
bijaksana sekaligus orang yang ta’at beribadah kepada tuhannya sehingga terjaga
moralnya adalah nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seluruh pemimpin. Abu
Bakar adalah salah satu dari sekian banyak pemimpin dalam sejarah Islam yang
menorehkan tinta emasnya di sepanjang peradaban, penting bagi kita sebagai
manusia untuk meneladani orang-orang terbaik yang dimiliki dunia Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar